Kamis, 08 Maret 2012

Nembak Cewek


SURAT CINTA BUAT SANG REMBULANKU I
Buat: Dinda… di lubuk hati tepian rindu.
Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh
Dinda….
Mengawali jumpa kita walau hanya lewat kertas, daku tetap mendo’akan dikau selalu dalam belaian kasih mesra Sang Pecinta Sejati, Dia lah Allah yang Maha mencintai, yang tak pernah terputus cintanya, yang kasihnya takkan hilang ditelan waktu. Dan semoga saja rasa cinta itu juga masih melekat pada kita sebagai insan yang diberikan rasa sayang, atau setidaknya selaku manusia biasa masih memiliki rasa cinta walaupun hanya sisa-sisa.
Adam dan Hawa saling mencari pada sekian masa, Qais dan Laila terkubur dalam satu rasa cinta, Akankah kita bisa menjadi titisan Qais dan Laila pada zaman Extravaganza ini. Romeo dan Juliet pergi atas nama cinta. (Soe Hok Gie) Ada orang yang menghabiskan waktunya untuk berziarah Kemekah, adapula orang yang menghabiskan waktunya untuk berjudi di Milaza dan yang ku salut ada pula orang yang rela menghabiskan waktunya untuk selalu disamping kekasihnya, dan yang menjadi pertanyaanku……
Aku kan mencari siapa?
Bersama cinta siapa ku kan terkubur?
Atas nama cinta siapa aku kan pergi?
Kepada siapa kesetiaan ini akan aku persembahkan?
Dan yang terpenting, disisi siapa daku kan menghabiskan waktuku?
Mungkin aku angin haluan yang selalu berlawanan arah kapal, atau aku cahaya remang yang tak sanggup tuk menerangi kegelapan, atau memang temaram senja yang hanya menunggu malam….
Manusia pertama tercipta dari diri yang satu, maka mereka pun kan bersatu, begitu pula keturunan nya, tak lengkap rasanya jika belum mampu untuk menemukan bagian diri yang belum diketahui keberadaannya; hingga kini tak ada kicauan burung, tak ada angin berembus, tak ada hujan, tak ada panas, tak ada air mengalir, tak ada batu berukir hanya sepi membalut diri……
Haruskah hujan menghantam ?
Haruskah awan bergumpal ?
Haruskah duri ku genggam ?
Haruskah hati membeku ?
Dan masih seribu tanya menunggu…
Permata yang hilang di telan debu mayapada, putri Nirmala yang menunggu di Mahligai cinta. Siapa?…siapa?…Putri nirmalaku? dimana permataku?, Bukit berbunga berhias rona, walau tinggi pasti kan kugapai jua. Tapi yang belum kumengerti, dimana bukit berbunga itu tempat bermainnya para pecinta, yang berpuisi dengan syair kasih mesra, yang menyanyi dengan senandung asmara.
Ku kunjungi setiap pusara yang ditumbuhi kamboja, bahkan inggu, tapi Permataku juga tiada, kuziarahi makam tua yang hanya tinggal nisan, namun putri nirmalaku juga tiada, bahkan disetiap yang kutemui aku bertanya, namun sayang semua mereka tak tau apa-apa, mereka tak tau tentang hatiku yang t’lah lama beku….
Mereka tak tau tentang jiwaku yang t’lah lama hampa, mereka juga tak tau diriku yang gersang dalam kemarau yang berkepanjangan.
Hingga kini pagi pergi tanpa pesan, tak jua kesan, siang hilang, tanpa bayang, pun jua terang, petang berlalu, tanpa syahdu tapi hanya rindu, kerinduan yang tak pasti…Siapa yang dirindui…?
Senjapun terlewatkan hanya untuk menanti yang tak pasti menunggu yang tak tentu, hendak kugapai, tangan tak sampai, hendak ku bayangkan angan tak sampai, hendak kuimpikan waktu tak sampai, dan hendak kulupakan hati tak sampai.
Dan kini malam telah membayang, mungkinkah malamku kan berhias gemintang???
Mungkinkah malamku kan ditemani cahaya rembulan?
Mungkinkah malamku kan di penuhi mimpi-mimpi indah di taman Nirwana?
Atau malamku akan ditutupi kabut tebal?
Dan di guyuri hujan dalam kegelapan ?
Ibrahim yakin Tuhan ada maka dia terus mencari dan tetap mencarinya, Malaikat-Malaikat yakin Tuhanpun ada…maka mereka selalu setia dan menghamba pada-Nya. Begitu pula dengan ku, aku yakin permataku pasti ada…..
Maka aku berkeputusan beku hati tak berarti mati, karena cinta akan pasti setia, masa lalu tidaklah nyata, karena dunia masih memberi asa, semua itu hanya baru pelabuhan pertama, pada purnama kesembilan rindu kan mengamit jua, di samudera mata, pantai masih menanti ombak yang menepi, di mega senja, lembayung pasti kan tampakkan cahayanya
Tapi aku yakin….malam kan hadirkan rembulan bersama seribu gemintang, setidaknya ada kejora yang berkedip dimalam yang kian kelam dan mungkinkah fajar esok kan menggantikan hari-hariku yang telah pergi…?
Untuk meneguhkan keyakinanku pada permata yang hendak kupuja, sungguh ku berharap kau bisa “Menjadi Permataku”, karena ku yakin kaulah Permataku…Ini adalah bagian dari suara hati, dan inipun adalah bagian dari keyakinanku, kau permataku, kau putri Nirmalaku, mata hari hidupku, mata air perjalananku, mata hati langkahku karena…aku masih melangkah dalam kegelapan, asaku memang kau dambaku.
Dinda…..Jangan biarkan keyakinanku hilang, usah biarkan suara hatiku bisu tapi jawablah dengan rasa cinta seadanya, bukan dengan rasa iba tak pula karena terpaksa dan jika memang kau merasa… kau bukanlah permataku biarkan cinta ini pergi…
Tapi setidaknya tengok, lirik atau tersenyumlah…Sebagai tanda kau pernah mengenalku, walaupun berat untuk melangkahkan kakiku karena keyakinan ku telah terpaut padamu dan namamupun telah terukir di hati, apalagi wajahmu, telah terkurung di ruang mataku. Dan jika kau benar permataku semaikan rasa ini di ladang-ladang persemaian cinta di bukit yang berbunga, yang tercipta dalam kasih sayang yang tak akan sirna.
Dinda…..
Dunia ini memang satu, tapi ku yakin, kita pasti berbeda dalam memandang dunia ini, mungkin kau memandang dunia ini dari sisi sebelah kanan, sedang kan aku melihatnya dari dalam dunia ini sendiri, maka kita sering berbeda dalam menilai dunia, wajar terkadang kita berbeda dalam memandang cinta.
Kadang aku merasa aku sudah penuh dengan lumpur dunia ini, sedangkan kau masih suci dan bersih. Seandainya, jika kau berkata, kau tak pantas disisiku, maka aku akan merasa lebih tak pantas untuk berada disisimu. Karna kutau jiwaku yang sudah penuh dengan luka yang telah hitam seiring pekatnya malam.
Dinda…
Kucoba bangkit dari keterpurukan yang meninggal jejak-jejak luka yang lama tak terobati, dengan harapan dikau bisa menjadi orang yang kan membawaku ke jalan yang diidamkan oleh banyak orang.
Dinda…
Daku berharap dikau mampu memberikan kepercayaanku terhadap sosok wanita yang meninggalkan kesan buruk padaku, selama ini yang kutau adalah wanita hanya mampu untuk memberi kesenangan bukan, memberikan kedamaian seperti yang kudamba.
Daku tak butuh keanggunan parasmu, daku juga tak butuh dengan keelokan rupamu, tapi yang ku inginkan adalah dikau bisa kembalikan rasa cinta yang ada di hatiku yang telah lama beku, yang dibekukan dengan dinginnya rindu pada masa lalu.
Daku juga berharap dikau bisa memberikan cinta seadanya, tak berlebihan, dan tak pula banyak menuntut apa yang tak mampu ku berikan, kusadari aku memang manusia yang ego, seperti dikatan banyak orang padaku, dan kusadari pula daku adalah orang yang tidak mensyukuri apa yang ada. Oleh karena itu lah aku ingin dikau hancurkan keegoanku, dan dan dikau pula yang kan menunjukkan padaku, bahwa dikau lah yang terbaik untukku.
Jika ada belibis putih yang terjatuh kedalam lumpur hitam, mungkin dikau hanya mendengar kabarnya saja, tapi aku…melihatnya dengan mataku sendiri. Bahkan mungkin aku belibis putih itu yang terjatuh kedalam lumpur hitam yang penuh dengan bau amis bekas darah rembulan malam yang terluka karena disakiti matahari.
Kuatnya seorang lelaki tidak terlepas dari siapa yang mendampinginya. Dan disaat seorang lelaki tidak mampu lagi berbuat apa-apa maka wanitalah yang mampu untuk melanjutkan sebuah perjuangan itu dan aku yakin kau lebih mampu untuk semua itu.
Izinkan aku menjadi bulan dalam setiap malam kelammu, izinkan aku menjadi bintang yang akan menghiasi mimpi-mimpi indahmu. Karena rembulan tak mungkin bercahaya ditengah teriknya matahari melainkan hanya bisa bersinar bersama malam yang menepi dan bintang tak mungkin indah bisa tak bersama malam-malam yang panjang. Dengan begitu rembulan akan bersinar jika malam memberi tempat disisinya dan bintangpun akan bertaburan jika malam memberi kesempatan untuk menghiasinya.
Namun jika semua itu tidak di izinkan, maka rembulan dan bintang akan pucat pasi ditengah hari yang diselimuti kabut hitam yang memberi angan seakan malam telah datang, tapi ternyata itu hanyalah kabut hitam yang memberi kesuraman.
Yah… Telah cukup jauh aku melangkah, telah cukup langcang aku berkata, telah cukup banyak aku berharap…hingga mungkin banyak hal yang kan terpikir tentang diriku… Yang tak tahu diri, tak tahu arti diri, tak tahu menebak hati, tak tahu orang benci, barangkali…
Hasrat hati hendak meniti, meniti pelangi menggapai mimpi, gebu Qalbu menggamit rindu, rindu beku hanya padamu. Namun…jiwa kadang meronta, nafsu kadang meragu, langkah sering tersalah, kata menjebak dusta, mulut menjemput maut. Tapi… niat tak pernah khianat.
Lewat kabut kesalahan ku renggut, lewat awan nafsu ku lawan, lewat cahaya asa ku pinta, lewat embun pagi… ku titip segala kerendahan hati, memohon kema’afan salahnya diri.
Wassalamu’alikum warah matullahiwabarakatuh.
Dari: Bahtera cinta di dermaga sepi

ERI DEKA GUSTIAR, S.PdI, M.Kom

Laksana cinta Raja Jalaludin Muhammad Akbar dengan Ratu Joda.
Cintanya tak mengenal Agama.